Para ilmuwan melihat adanya penyimpangan terhadap hukum Mendel. Namun setelah dikaji, ternyata penyimpangan ini hanya merupakan penyimpangan semu karena pola dasarnya sama dengan hukum Mendel.
Beberapa peristiwa yang menunjukkan
penyimpangan semu di antaranya
epistasis dan hipostasis, kriptomeri, interaksi beberapa pasangan alel,
polimeri, serta gen komplementer.
Berikut penjelasannya. Silahkan disimak dan
dicermati ya............
EPISTASIS DAN HIPOSTASIS
Epistasis dan hipostasis
merupakan salah satu bentuk interaksi
gen dalam hal ini gen dominan mengalahkan gen dominan lainnya yang bukan
sealel. Gen dominan yang menutup
ekspresi gen dominan lainnya disebut epistasis,
sedangkan gen dominan yang
tertutup itu disebut hipostasis.
Peristiwa epistasis dan hipostasis terjadi pada warna umbi lapis pada bawang
(Allium sp.), warna kulit gandum,
warna bulu ayam, warna rambut mencit, dan warna mata pada manusia. Peristiwa
epistasis dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, serta epistasis dominan dan
resesif.
EPISTASIS DOMINAN
Pada epistasis dominan
terdapat satu gen dominan yang
bersifat epistasis. Misalnya warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.).
A merupakan gen untuk umbi merah dan B merupakan
gen untuk umbi kuning. Gen merah dan
kuning dominan terhadap putih.
Perkawinan antara tanaman
bawang berumbi lapis kuning
homozigot dengan yang merah homozigot menghasilkan
tanaman F1 yang berumbi lapis merah.
Keturunan F2 terdiri atas 16
kombinasi dengan perbandingan
12 merah : 3 kuning : 1 putih atau 12 : 3 : 1.
Perbandingan itu terlihat menyimpang dari hukum Mendel, tetapi
ternyata tidak. Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 untuk keturunan perkawinan
dihibrid hanya mengalami modifikasi
saja, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 menjadi 12 : 3 : 1.
Perhatikan diagram
persilangan berikut.
EPISTASIS RESESIF
Pada peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat epistasis
terhadap gen dominan yang bukan alelnya (pasangannya). Gen resesif tersebut
harus dalam keadaan homozigot,
Contohnya pada pewarisan warna rambut tikus.
Gen A menentukan warna
hitam, gen a menentukan warna abu-abu,
gen C menentukan enzim
yang menyebabkan timbulnya warna dan gen c yang menentukan enzim penghambat
munculnya warna.
Gen C bersifat epistasis. Jadi, tikus yang berwarna hitam memiliki gen C dan A. Perhatikan diagram persilangan berikut
EPISTASIS DOMINAN DAN
RESESIF
Epistasis dominan dan resesif (inhibiting gen) merupakan penyimpangan semu yang
terjadi karena terdapat dua gen dominan yang jika dalam keadaan bersama akan
menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut. Peristiwa ini
mengakibatkan perbandingan fenotip F2 = 13 : 3.
Contohnya ayam leghorn
putih mempunyai fenotip IICC dikawinkan dengan ayam white silkre berwarna putih
yang mempunyai genotip iicc. Perhatikan diagram berikut
Catatan:
C = gen yang menghasilkan warna.
c = gen yang tidak menghasilkan warna (ayam menjadi putih).
I = gen yang menghalang-halangi keluarnya warna (gen ini disebut juga gen
penghalang atau inhibitor).
i = gen yang tidak menghalangi keluarnya warna.
Coba perhatikan diagram hasil persilangan
F1 di atas. Meskipun gen C mempengaruhi munculnya warna bulu, tetapi karena
bertemu dengan gen I (gen yang menghalangi munculnya warna), maka menghasilkan keturunan
dengan fenotip ayam berbulu putih.
Jadi, perbandingan fenotip
F2 = ayam putih : ayam berwarna = 13 : 3
KRIPTOMERI
Kriptomeri adalah peristiwa gen dominan yang seolah-olah tersembunyi bila
berada bersama dengan gen dominan lainnya, dan akan terlihat bila berdiri
sendiri.
Correns pernah menyilangkan tumbuhan Linaria
maroccana berbunga merah galur murni dengan yang berbunga putih juga galur
murni. Dalam persilangan tersebut diperoleh F1 semua berbunga ungu, sedangkan
F2 terdiri atas tanaman dengan perbandingan berbunga ungu : merah : putih = 9 :
3 : 4.
Warna bunga Linaria (ungu, merah, dan putih) ditentukan oleh pigmen hemosianin yang terdapat dalam plasma
sel dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen hemosianin akan menampilkan warna
merah dalam plasma atau air sel yang bersifat asam dan akan menampilkan warna
ungu dalam plasma sel yang bersifat basa.
Warna bunga Linaria maroccana
ditentukan oleh ekspresi gen-gen berikut.
1) Gen A, menentukan ada bahan dasar pigmen antosianin.
2) Gen a, menentukan tidak ada bahan dasar pigmen antosianin.
3) Gen B, menentukan suasana basa pada plasma sel.
4) Gen b, menentukan suasana asam pada plasma sel.
Persilangan antara Linaria maroccana
bunga merah dengan bunga putih menghasilkan keturunan seperti dijelaskan pada
diagram berikut.
INTERAKSI PASANGAN GEN
(Atavisme)
Pada permulaan abad ke-20, W. Baterson dan R.C. Punnet menyilangkan beberapa
varietas ayam negeri, yaitu ayam berpial gerigi (mawar), berpial biji (ercis),
dan berpial bilah (tunggal).
Pada persilangan antara
ayam berpial mawar dengan ayam berpial ercis, menghasilkan semua ayam berpial
sumpel (walnut) pada keturunan F1. Varietas ini sebelumnya belum dikenal. Pada
keturunan F2 diperoleh empat macam fenotip, yaitu ayam berpial walnut, berpial mawar,
berpial ercis, dan berpial tunggal dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Perbandingan ini sama dengan perbandingan F2 pada pembastaran dihibrid.
Perhatikan diagram
persilangan di bawah
Penyimpangan yang dimaksud bukan mengenai perbandingan fenotip, tetapi
munculnya sifat baru pada F1 dan F2.
Keturunan F1 berfenotip ayam berpial walnut atau sumpel tidak menyerupai salah
satu induknya. Sifat pial sumpel atau walnut (F1) merupakan interaksi dua
faktor dominan yang berdiri sendiri-sendiri dan sifat pial tunggal (F2) sebagai
hasil interaksi dua faktor resesif.
POLIMERI
Polimeri adalah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri,
tetapi mempengaruhi bagian yang sama pada suatu organisme.
Peristiwa polimeri pertama kali dilaporkan oleh Nelson-Ehle, melalui percobaan
persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih. Perhatikan
diagram persilangan berikut.
Rasio fenotip F2 nya adalah 15 : 1 , Mendel [ 9 : 3 : 3 : 1 ]
GEN KOMPLEMENTER
Gen komplementer adalah
gen-gen yang berinteraksi dan saling melengkapi. Kehadiran gen-gen tersebut
secara bersama-sama akan memunculkan karakter (fenotip) tertentu. Sebaliknya,
jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan karakter (fenotip) tersebut
akan terhalang atau tidak sempurna.
Perhatikan contoh berikut.
Pemunculan suatu pigmen merupakan hasil interaksi dua gen, yaitu gen C dan gen
P.
Gen C : mengakibatkan munculnya bahan mentah pigmen.
Gen c : tidak menghasilkan pigmen.
Gen P : menghasilkan enzim pengaktif pigmen.
Gen p : tidak mampu menghasilkan enzim.
Perhatikan persilangan yang menunjukkan adanya gen komplementer antara individu
CCpp (putih) dengan individu ccPP (putih) pada diagram berikut
GEN RANGKAP
Gen-gen Rangkap yang
Mempunyai Pengaruh Kumulatif pertama kali dikemukakan oleh Miyake dan Imai
(Jepang) yang menemukan bahwa pada tanaman gandum (Hordeum vulgare) terdapat biji yang kulitnya berwarna ungu tua,
ungu, dan putih.
Jika gen dominan A dan B terdapat bersama-sama dalam genotip, kulit buah akan
berwarna ungu tua. Bila terdapat salah satu gen dominan saja (A atau B), kulit
buah berwarna ungu. Absennya gen dominan menyebabkan kulit buah berwarna putih.
Perhatikan diagram persilangan berikut
Demikian tadi penjelasan
beberapa bentuk penyimpangan semu hukum Mendel yang telah ditemukan beberapa
ilmuwan selain Mendel.
===============================
Referensi :
Sembiring dan Sudjino,2009,Biologi kelas XII untuk
SMA/MA,Jakarta,Pusat Perbukuan Nasional Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar